Untuk pertama kalinya saya menulis di blog, entah mengapa
setelah saya menonton film Everest pada akhir tahun 2015 saya ingin
sekali menulis tentang memaknai mendaki gunung untuk kehidupan. Jadi saya
putuskan untuk membuat blog padahal sebelumnya saya bukan orang yang suka
menulis tetapi semoga tulisan yang saya tulis bisa bermanfaat untuk semuanya.
“Selalu ada kompetisi
antara manusia dan gunung, tetapi gununglah yang selalu jadi pemenangnya”
(Anatoli boukreev).
Sebuah potongan percapakan di film Everest antara Anatoli dan Scott Fischer. Ya, Kata Anatoli Bookreev
ini yang membuat saya berpikir ulang tentang memaknai mendaki gunung, tapi memang
seperti itu adanya manusia selalu ingin berkompetisi dengan apapun itu, termasuk
dengan gunung sendiri, bagi orang yang mencintai alam bebas pasti menjadi
sebuah kepuasan apabila mencapai sesuatu yang buat orang lain itu mustahil,
seperti berdiri dengan gagah di ketinggian beribu-ribu MDPL, ya berada di
puncak gunung pasti akan menimbulkan kepuasan, kebahagian, dan mungkin akan
menimbulkan sedikit kesombongan pada diri kita karena bisa mencapai puncak.
Mendaki gunung sekarang memang sedang menjadi primadona
semua kalangan baik tua muda, laki-laki, perempuan, pendaki senior, junior,
pemula bahkan anak-anak yang baru tau gunungpun hanya dari foto atau cerita
temannya ikut berbondong-bondong pergi ke gunung dengan tujuan mencapai puncak.
Dulu tahun 2006 ketika saya masih duduk dikelas 1 SMA untuk
pertama kalinya saya mendaki gunung, saya diajak mendaki gunung oleh kakak saya
yang bisa dikatakan senior karena hampur seluruh gunung sudah di daki kecuali
puncak Cartenz yang belum kakak saya taklukan. dengan pengetahuan yang seadanya
tentang pendakian saya dengan percaya diri ikut padahal pada saat itu gunung
yang mau saya daki adalah gunung Ceremai. Untuk pemula seperti saya yang belum
sama sekali naik gunung, pada saat itu gunung ceremai dengan ketinggian
3076mdpl mungkin terlalu berat, tapi dalam hati saya percaya asal fisik kuat
saya bisa mencapai puncak, pada saat itu mungkin pemikiran saya masih
dipengaruhi ego yang sangat tinggi maklum masih SMA masih mencari jatidiri
hehe. Padahal seluruh rombongan semuanya pernah mendaki gunung hanya saya satu-satunya
yang belum pernah sekalipun mendaki gunung.
Dan ketika pelaksanaannya, saya satu-satunya orang dari
kelompok kami yang tidak sampai ke puncak, perjalanan saya hanya sampai pos 5,
saya yang percaya dirinya bisa sampai ke puncak hanya dengan fisik yang kuat
dalam pikiran saya, ternyata kondisi fisik saya paling drop ketika di gunung
padahal saya waktu itu yang paling muda.
Setelah selesai pendakian pertama itu saya baru berpikir mendaki
gunung tidak semudah dibayangkan sangat sulit dan berat tidak bisa hanya
mengandalkan fisik semata tapi juga mental, karena mendaki gunung itu sebuah
proses yang harus dilalui selangkah demi selangkah untuk mencapai puncak,
seperti slogan para pendaki “Tunduk ketika naik, Tegak ketika turun, Bersujud
ketika dipuncak”, dan hal yang paling penting adalah tingkah laku kita selama
di gunung, seperti percakapan yang diungkapankan oleh Scott Fischer di film everest mendaki gunung itu butuh attitude bukan altitude. Ketika semua pendaki memperlakukan gunung dengan hormat
rasa-rasanya alam pun akan “aman” dengan pendaki tapi harus di ingat kata “aman”
di gunung sifatnya hanya “relatif”, seperti yang Rob hall katakan Gunung
membuat cuacanya sendiri. Bisa kita bayangankan seorang pendaki se-profesional
Rob Hall, Anatoli, Scott Fischer yang gear-gearnya pun sangat kumplit masih
harus memperhitungkan apa yang akan terjadi digunung. Lalu pertanyaannya kita
yang masih seperti ini masih hanya mengandalkan fisik dan ego serta peralatan yang seadanya, apa yang akan
terjadi bila gunung merubah cuacanya sendiri?
Berbicara ego, mengulang kata yang diucapkan oleh Anatoli kepada
Scott Fischer selalu ada kompetisi antara manusia dan gunung, tetapi gununglah
yang selalu menjadi pemenang, kita bisa memaknai maksud dari perkataan Anatoli
bahwa ketika kita tidak bisa mengendalikan ego kita bersiaplah menjadi pihak
yang “kalah”. Seperti kejadian di film Everest ada dua ego besar yang terlihat pertama,
ego Doug Hansen yang harus sampai ke puncak padahal dia sudah sangat kelelahan
dan sudah melewati batas waktu yang telah ditentukan. Yang kedua ego dari Scott
Fischer yang sangat memaksakan untuk sampai puncak pada tanggal 10 Mei. Kedua nya
memang mencapai puncak yang diinginkan tapi bisa dilihat dari ego mereka hal
terburuk terjadi yaitu mereka berdua meninggal saat perjalanan turun dari
puncak padahal saya yakin mereka berdua merasakan bahwa tubuhnya sudah tidak
bisa mencapai puncak pada hari itu. Kejadian everest 1996 yang menimpa scott
fischer dan doug hansen hanya salah contoh ketika kita tidak mengendalikan ego
diri sendiri. Satu lagi ego yang terjadi di film everest yaitu Jon Krakauer
dilihat dari karakternya orang ini hanya mementingkan dirinya sendiri, padahal
ketika melakukan pendakian bersama tim seluruh anggota harus bekerja sama dan
saling membantu. Ego yang ditunjujkan oleh Jon yang pertama ketika dia meminta
Mike untuk bertukar posisi dengan alasan oksigennya akan habis ketika hendak
melewati Hillary step padahal dibelakangnya masih banyak yang mengantri,
seorang yasuko namba yang seorang perempuanpun rela mengantri. Ego yang kedua
dari Jon ketika turun melewati Balcony disana dia melihat Beck weather duduk
kedinginan tetapi dia hanya bertanya kondisinya saja padahal Beck sudah
menjawab bahwa dia sedang membeku alih-alih menolongnya dia malah memberi tau
bahwa dibelakangnya ada Mike dan Neal setelah itu dia melanjutkan perjalanan,
bisa dilihat ego Jon yang mementingkan keselamatan dirinya sendiri padahal Beck
itu satu tim dengan dia mungkin kalau yang bertemu dengan Beck itu Anatoli
pasti akan dibantu. Ego terakhir yang dilakukan oleh Jon ketika dia diminta
pertolongan oleh Anatoli untuk membantu mengevakuasi tim yang masih terdampar terkena badai, jon malah
menolak dengan alasan matanya sudah tidak bisa melihat anatoli pergi sendiri
menerjang badai dan Jon pun melanjutkan tidurnya kembali. Itu sebagian contoh
bahwa ketika di gunung keegoisan kita bisa berdampak buruk baik untuk diri
sendiri maupun orang lain.
Berbicara Anatoli dia salah satu pendaki paling tangguh di
everest 1996 sendirian menerjang badai mengevakuasi teman-teman yang masih
terdampar di ketinggian 8000 an padahal dia baru saja mencapai everest tanpa
bantuan tambahan oksigen itu suatu hal kemanuasian yang luar biasa. Ya Anatoli
mungkin bisa dijadikan panutan buat pendakian selain juga Rob Hall, karena mereka
berdua rela berkorban untuk menyelamatkan rekan-rekannya yang terkena badai, Ya
anatoli berhasil membawa 3 rekannya sampai ke camp 4, dan dia naik lagi untuk
menjemput Scott namun telah meninggal itu sikap yang diperlukan ketika digunung
saling memiliki. Sama halnya yang dilakukan oleh Rob Hall sebagai Leader dia
mengutamakan keselamatan rekannya daripada dirinya sendiri, seperti membantu
Doug yang tengah berjalan seperti robot untuk mencapai puncak padahal dia tau
akan terjadi sesuatu apabila terus ke puncak, tetapi untuk membantu doug yang
ingin sampai ke puncak karena menurut doug ini kesempatan terakhirnya ke puncak
everest dia membantunya, bukan itu saja Rob juga rela menunggu Doug yang sudah
tidak bisa bergerak lagi padahal dia bisa turun sendiri agar dirinya sendiri
selamat tetapi dia memilih membantu doug untuk terus bergerak, salah satu sikap
seorang pemimpin yang dimiliki Rob Hall rela berkorban untuk orang lain hingga
akhirnya Rob sendiri pun meninggal karena kelelahan,kedinginan dan kehabisan
oksigen. Satu lagi sikap saling memiliki dan membantu ditunjukan pada film
everest yaitu oleh Andi Harold dia adalah rekan dari Rob, harold rela naik lagi
ke untuk mengambil oksigen di puncak selatan membantu Rob, padahal dia sendiri
tau bahwa untuk puncak selatan membutuhkan kurang lebih 90 menit tapi dengan
sisa oksigen yang ada dia melakukannya karena tidak ingin rob dan Doug
menderita, walaupun pada akhirnya Harold pun meninggal karena menderita
Hypotermia dan terjatuh ketika sedang membuka jaketnya.
Ada yang dilupakan oleh tim Rob maupun Tim Scott ketika hendak
melakukan pendakian kedua tim tidak melakukan doa bersama, mungkin hanya
mengikuti ritual dari adat setempat tetapi tidak melakukan doa bersama anggota
tim baik ketika berangkat dari base camp
maupun ketika hendak summit. Padahal berdoa
merupakan aspek paling penting ketika hendak melakukan kegiatan apalagi
kegiatannya menentang maut. Mungkin ini salah yang mengakibatkan badai buruk menerjang
tidak meminta pertolongan dari yang maha Kuasa.
Pertanyaannya sekarang, apakah kita bisa bersikap seperti
Anatoli, Rob atau Harold ketika melakukan pendakian?? Ketika teman kita
mengalami kesusahan disaat pendakian?? Atau sikap kita seperti Jon yang hanya
mementingkan diri sendiri??
Mari kaji kembali tujuan kita untuk mendaki gunung apa hanya
untuk sampai puncak lalu foto selfie setelah di share di media sosial mengharap
komen-komen dari teman yang lain? Atau hanya untuk kesenangan semata? Atau ingin
mencintai gunung seperti yang dilakukan oleh Scott Fischer yang mendaki untuk
kegiatan amal dengan membersihkan sampah digunung?? Atau hanya untuk menikmati
keindahan gunung yang telah Allah ciptakan untuk kita seperti halnya Soe hok
gie?
Tetapi apapun tujuan kita mendaki yang paling diutamakan
yaitu keselamatan baik untuk diri sendiri maupun untuk teman yang lainnya
apalagi kalau kita sebagai Leader. seperti yang dikatakan Anatoli ketika sedang
memimpin tim ekspedisi everest indonesia tahun 1997, bahwa ekspedisi ini
dikatakan berhasil ketika seluruh anggota mencapai puncak dan kembali lagi ke
base camp dengan bahagia. Seperti teman-teman pendaki selalu bilang Puncak itu
Bonus kembali ke rumah itu harus.
Ya banyak sekali
pelajaran yang didapat dari film everest memaknai tentang mendaki gunung yang
berhubungan dengan kehidupan. Ada beberepa poin penting yang menurut saya
perhatikan ketika mendaki gunung
1.
Mengendalikan Ego
Ya mengendalikan
ego adalah hal yang paling ketika mendaki gunung, ketika tidak bisa
mengendalikan ego diri sendiri kejadian buruk pasti akan terjadi karena ketika
ego ikut mempengaruhi keputusan logikapun akan terabaikan itu yang dialami oleh
Doug dan Scott, sama halnya dengan dikehidupan ketika ego itu bisa kita kendalikan tidak
mudah terpengaruh oleh hal yang buruk, berpikir panjang pasti sesuatu yang baik
akan menghampiri kita.
2.
Komunikasi
Komunikasi merupakan
faktor penting dalam perjalanan pendakian apalagi dalam tim ekspedisi karena
jarak anggota bisa mencapai ratusan meter, mungkin faktor komunikasi ini yang
menyebabkan kondisi fisik Scott Fischer ambruk ketika dia harus kembali ke base
camp membawa salah satu rekannya yang sakit kalau ada komunkasi melalui radio
scott tidak harus kembali ke base camp. Kita bisa hubungkan dengan kehidupan
ya, dalam kehidupan komunikasi adalah faktor penting terhadap kesuksesan, bagaimana
kita bisa sukses tanpa adanya komunikasi? Salah satu contohnya Sebagai pimpinan
harus berkomunikasi dengan bawahannya agar suatu perencaan yang dibuat menjadi
lancar dan sukses.
3.
Kebersamaan, saling membantu dan rasa saling
memiliki
Dalam film everest
mungkin ini yang dilupakan oleh pemimpin pendakian Khususnya dari tim Rob,
kurang adanya kebersamaan, saling membantu dan rasa saling memiliki bisa
dilihat selama pendakian semua hanya tertuju untuk mencapai ke puncak tanpa
menanyakan kondisi teman yang lainnya mungkin hanya Rob yang punya rasa saling
memiliki dan membantu. Kalau tim punya kebersamaan yang kuat mungkin Jon akan
membantu Beck yang sedang membeku karena sudah merasa saling memiliki walaupun
saya tidak yakin jon akan melakukan itu dilihat dari karakternya. Jadi ini
merupakan salah faktor penting dalam pendakian sama halnya dengan dikehidupan
sekaya apapun kita seterkenal apapun kita kalalu tidak mempunyai sifat saling
membantu, saling memiliki, rasa kebersamaan kita akan akan kesepian di dunia
walaupun dunia semakin canggih dengan teknologi bersosialiasi dengan orang
tetap poin paling utama dalam kebahagian hidup.
4.
Tanggung jawab
Sikap ini
harus dimiliki oleh setiap orang ketika
melakukan pendakian apalagi kalau seorang pemimpin pendakian. Rob mungkin akan
meninggalkan Doug yang sedang merintih kalau dia tidak sikap tanggung jawab,
karena dia pemimpin dia harus menjamin keselamatan seluruh anggota timnya
walaupun itu berbahaya untuk dirinya sendiri. Ini yang dilakukan oleh Rob dia
seorang pemimpin yang bertanggung jawab.
Kita hubungkan
kembali dengan kehidupan sebenarnya sikap ini yang kurang kita perhatikan dalam
kehidupan, padahal segala sesuatu yang kita lakukan harus kita pertanggung
jawabkan, kita tidak akan menjadi manusia yang baik ketika kita tidak
bertanggung jawab dalam apapun, semoga kita bisa lebih bertanggung jawab lagi.
5.
Doa
Ada suatu istilah
Mindset is Doa, ya doa merupakan paling dalam setiap kegiatan ini yang tidak
dilakukan oleh ekspedisi everest 1996 sehingga terjadi kejadian badai yang
dahsyat, mungkin dengan berdoa meminta pertolongan Tuhan kejadian bisa
diminimalisir.
Sama halnya dengan
kehidupan pribadi kita hal yang harus kita lakukan selama kita hidup yaitu
berdoa dan berusaha, keduanya harus dilakukan dengan sama besar agar apa yang
kita inginkan bisa tercapai, seperti salah satu Firman Allah : “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah
mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku
agar mereka selalu berada dalam kelurusan.” (Al-Baqarah: 186)
Doa merupakan aspek yang paling penting
dalam kehidupan untuk mencapai keingiinan dan kesuksesan yang kita inginkan.
Jadi kesimpulannya
cara memaknai mendaki gunung terhadap kehidupan, ketika kita mempunyai ke 5
sikap itu dan bisa mengendalikannya dengan baik sesuai dengan porsinya
masing-masing, Insha Allah apapun kegiatan, keinginan kita pasti akan
dimudahkan. Intinya milikilah sikap itu maka kita akan sukses dan bahagia baik
ketika kita melakukan pendakian ataupun ketika kita menjalaninya dalam
kehidupan sehari-hari.
Mungkin
ini yang saya bisa share dalam tulisan pertama saya semoga bisa menjadi
inspirasi dan motivasi buat kita semua untuk terus memperbaiki diri menjadi
lebih baik. Mohon maaf apabila banyak kesalahan dalam penulisannya kritikan dan
saran saya terima dari teman-teman semua.
Terima kasih....
Semoga Bermanfaat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar