Sabtu, 20 Februari 2016

Pacaran??


Gimana sich sebenernya pacaran itu enak ngga’ ya? Bahaya ngga’ ya ? Apa bener pacaran itu harus kita lakukan kalo mo nyari pasangan hidup kita ? Apa memang bener ada pacaran yg Islami itu dan bagaimana kita menyikapi hal itu? Memiliki rasa cinta adl fitrah Ketika hati udah terkena panah asmara terjangkit virus cinta akibatnya… dahsyat man… yg diinget cuma si dia pengen selalu berdua akan makan inget si dia waktu tidur mimpi si dia. Bahkan orang yg lagi fall in love itu rela ngorbanin apa aja demi cinta rela ngelakuin apa aja demi cinta semua dilakukan agar si dia tambah cinta. Sampe’ akhirnya…. pacaran yuk. Cinta pun tambah terpupuk hati penuh dgn bunga. Yang gawat lagi krn pengen bukti’in cinta bisa buat perut buncit . Karena cinta diputusin bisa minum baygon. Karena cinta ditolak .. dukun pun ikut bertindak. Sebenarnya manusia secara fitrah diberi potensi kehidupan yg sama dimana potensi itu yg kemudian selalu mendorong manusia melakukan kegiatan dan menuntut pemuasan. Potensi ini sendiri bisa kita kenal dalam dua bentuk. Pertama yg menuntut adanya pemenuhan yg sifatnya pasti kalo ngga’ terpenuhi manusia bakalan binasa. Inilah yg disebut kebutuhan jasmani seperti kebutuhan makan minum tidur bernafas buang hajat de el el. Kedua yg menuntut adanya pemenuhan aja tapi kalo’ kagak terpenuhi manusia ngga’ bakalan mati cuman bakal gelisah sampe’ terpenuhinya tuntutan tersebut yg disebut naluri atau keinginan . Kemudian naluri ini di bagi menjadi 3 macam yg penting yaitu Gharizatul baqa’ misalnya rasa takut cinta harta cinta pada kedudukan pengen diakui de el el.Gharizatut tadayyun yaitu kecenderungan manusia utk melakukan penyembahan/ beragama kepada sesuatu yg layak utk disembah.Gharizatun nau’ manivestasinya bisa berupa rasa sayang kita kepada ibu temen sodara kebutuhan utk disayangi dan menyayangi kepada lawan jenis. Pacaran dalam perspektif islam In fact pacaran merupakan wadah antara dua insan yg kasmaran dimana sering cubit-cubitan pandang-pandangan pegang-pegangan raba-rabaan sampai pergaulan ilegal . Islam sudah jelas menyatakan “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adl suatu perbuatan yg keji dan suatu jalan yg buruk.” Seringkali sewaktu lagi pacaran banyak aktivitas laen yg hukumnya wajib maupun sunnah jadi terlupakan. Sampe-sampe sewaktu sholat sempat teringat si do’i. Pokoknya aktivitas pacaran itu dekat banget dgn zina.

 So..kesimpulannya PACARAN ITU HARAM HUKUMNYA and kagak ada legitimasi Islam buatnya adapun beribu atau berjuta alasan tetep aja pacaran itu haram.Adapun resep nabi yg diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud “Wahai generasi muda barang siapa di antara kalian telah mampu seta berkeinginan menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa diantara kalian belum mampu maka hendaklah berpuasa krn puasa itu dapat menjadi penghalang utk melawan gejolak nafsu.”. Jangan suka mojok atau berduaan ditempat yg sepi krn yg ketiga adl syaiton. Seperti sabda nabi “Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat sebab syaiton menemaninya janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dgn wanita kecuali disertai dgn mahramnya.” . Dan utk para muslimah jangan lupa utk menutup aurotnya agar tidak merangsang para lelaki. Katakanlah kepada wanita yg beriman “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yg nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya.” . Dan juga sabda Nabi “Hendaklah kita benar-benar memejakamkan mata dan memelihara kemaluan atau benar-benar Allah akan menutup rapat matamu.”. Yang perlu di ingat bahwa jodoh merupakan QADLA’ Allah dimana manusia ngga’ punya andil nentuin sama sekali manusia cuman dapat berusaha mencari jodoh yg baik menurut Islam. Tercantum dalam Al Qur’an “Wanita-wanita yg keji adl utk laki-laki yg keji dan laki-laki yg keji adl buat wanita-wanita yg keji dan wanita-wanita yg baik adl utk laki-laki yg baik dan laki-laki yg baik adl utk wanita-wanita yg baik . Mereka itu bersih dari apa yg dituduhkan oleh mereka . Bagi mereka ampunan dan rezki yg mulia .”Wallahu A’lam bish-Showab.
Semoga Bermanfaat dan kita menjadi Pribadi Yang lebih baik lagi...Aamiin Ya Allah

Banyak Masalah? Sholat dan Bersabarlah.

"Ketika kehidupan membuatmu sulit untuk berdiri, maka Bersujudlah"


Satu ciri utama dunia yang tidak akan pernah hilang adalah MASALAH. Siapapun yang namanya masih hidup di bumi ini pasti akan menghadapi masalah, karena masalah ada di mana-mana, mulai dari kolong jembatan sampai istana kekuasaan. Dari anak-anak hingga kakek-nenek, semua berhadapan dengan masalah. Prinsipnya setiap jiwa memiliki masalah. Allah Ta’ala sebagai Pencipta Alam Semesta sudah mengetahui dan karena itu juga telah mempersiapkan metode terbaik dalam menghadapi setiap masalah, yakni dengan sabar dan shalat. “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 153).
Aid Al-Qarni dalam buku fenomenalnya La Tahzan menuturkan bahwa jika Rasulullah ditimpa sebuah ketakutan, maka beliau akan segera melakukan shalat. Suatu waktu beliau berkata kepada Bilal, “Ketenanganku ada pada shalat.” Lebih lanjut Aid Al-Qarni menjelaskan, “Jika hati terasa menyesak, masalah yang dihadapi terasa sangat rumit dan tiup muslihat sangat banyak, maka bersegeralah datang ke tempat shalat, dan shalatlah.”
Kita banyak menemukan riwayat yang menuturkan bahwa Nabi di kala shalat sungguh sangat thuma’ninah dan bisa dikatakan cukup panjang, utamanya kala beliau shalat sendiri di malam hari. Bahkan Situ ‘Aisyah pernah menuturkan, kaki Rasulullah sampai bengkak karena lamanya shalat beliau. Semua itu tidak lain karena beliau sedang mengadu, memohon, dan berharap kepada Allah agar segala rusan yang berkaitan dengan umat Islam diberikan jalan, diberikan kemudahan, diberikan keberkahan, sehingga umat Islam bisa menjadi umat terbaik yang mampu menjadi tauladan bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini. Kala kita memohon kepada Allah melalui shalat, tentu sangat tidak elok jika dilakukan dengan tergesa-gesa. Harus tenang dan sabar dalam menjalankannya. “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaha [20]: 132). Jadi, shalat sebenarnya bukan semata ritual, ia sumber menyedot dan menyadap kekuatan Ilahiyah untuk setiap jiwa mampu menghadapi masalah dengan tenang, cerdas dan solutif. Sebab dalam shalat ada masa dimana Allah sangat dekat pada seorang hamba, yakni di kala sujud. “Sedekat-dekat seorang hamba kepada Tuhannya yaitu ketika ia sujud, maka perbanyaklah berdo’a di dalam sujud.” (HR. Muslim). Dengan demikian mari kita jadikan shalat sebagai media penting dalam hidup kita untuk benar-benar dekat kepada Allah Ta’ala untuk menemukan solusi dari setiap masalah yang kita hadapi. Bukan sekedar ritual dan kurang begitu antusias dalam menjalankannya. Sabar Beriringan dengan kala kta shalat, dalam menghadapi masalah kita juga harus bersabar.


Menurut Aid Al-Qarni sabar adalah kemampuan jiwa untuk senantiasa berlapang dada, berkemauan keras, serta memiliki ketabahan yang besar dalam menghadapi masalah kehidupan. Bahkan tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi dengan sabar. Dengan bersabar, masalah apa pun, insya Allah akan tersolusikan. Seberapa pun besar permasalahan yang kita hadapi, tetaplah bersabar. Karena kemenangan itu sesungguhnya akan datang bersama dengan kesabaran. Jalan keluar datang bersama kesulitan. Dan, dalam setiap kesulitan itu ada kemudahan. Karena janji Allah adalah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 155). Dengan demikian, tidak usah sedih, apalagi putus asa.
Biarlah masalah mewarnai hidup kita, apa pun dan sebesar apa pun. Semua itu pasti akan sirna seiring kita memohon solusi kepada Allah dengan sabar dan shalat. Karena jika Allah sudah berjanji, mustahil Allah tidak menepatinya, yakinlah!*
Semoga bermanfaat dan kita tetap Istiqomah dalam jalan-NYA. Aamiin...

Jumat, 12 Februari 2016

Ada Apa Dengan Valentine's Day?


“hey, sebentar lagi tanggal 14 Februari?”. “iya, trus kenapa dengan 14 Februari? Ada apa emangnya?”. “itu hari kasih sayang hari Valentine, masa kamu ga mau merayakannya?”. “oh, saya tidak tau tuh, ga mau soalnya muslim.... soalnya di islam tidak ada hari valentine”. “saya juga islam kok”. “iya kalo islam jangan ikut-ikutan merayakan hari valentine, karena itu budaya orang barat dan islam melarangnya” “kita kan hanya merayakannya saja ga ada maksud lain-lain kok”. “bukankanh Rasull sudah memberi tau kita "Siapa yang menyerupai sesuatu perbuatan kaum, maka ia bagian dari kaum itu".

Ya, Valentine day merupakan istilah yang sangat akrab dan suatu momentum yang sangat dinanti-nantikan oleh para remaja dan pemuda-pemudi untuk mengekspresikan hasrat kasih sayang mereka. Hari yang diabadikan setiap empat belas Februari ini, senantiasa disambut dan dirayakan oleh kawula muda sebagai bagian dari bentuk manifestasi rasa cinta dan kasih sayang. Padahal, kalau dilacak atau ditelusuri akar historis valentine day ini, maka akan tanpak secara jelas, betapa gelar dan hari yang diabadikan sebagai simbol keagungan dan kesucian cinta ini, sangat paradoks dalam pemaknaan cinta yang sesungguhnya. Terlebih lagi itu kalau dihubungkan dengan konsep ajaran Islam. Sulit memang untuk kita bayangkan, jika bangsa yang berpenduduk mayoritas umat Islam ini, kalau kemudian Valentine day ini begitu semarak dirayakan, khususnya oleh kalangan remaja-remaja kita, baik secara terbuka (terang-terangan) maupun secara terselubung. Jika saja mereka yang merayakannya, adalah yang belum mengenal atau mengetahui tentang bagaimana akar sejarah Valentine day ini, sedikit masih dapat ditolerir akan kekeliruannya yang membuatnya berdosa dengan turut merayakannya. Meskipun itu tidak seharusnya dilakukan karena Islam sangat menegur bagi orang-orang yang melaksanakan suatu tindakan yang belum tahu dasar hukumnya secara jelas. Tetapi yang paling sangat ironis, jika para remaja-pemuda muslim yang turut serta merayakannya padahal ia sudah tahu secara jelas, tentang bagaimana asal-usul pengabdian fragmen sejarah Valentine day ini. Sebagai seorang remaja dan pemuda Muslim yang tumbuh dengan baik, sejatinya harus benar-benar melihat, mencermati da menyeleksi secara ketat tentang sesuatu hal yang dapat menghambat, menghalangi apalagi mencelakakan dari proses pembentukan jati dirinya.

Tulisan yang sederhana ini, ingin mengajak kita semua untuk turut berperan serta dalam melacak akar sejarah Valentine day dan bagaimana hukum merayakannya dalam kaca mata (perspektif) Islam. Sepintas Asal-Usul Hari Valentine Day Uskup Valentin adalah seorang yang dianggap Santo (orang yang dianggap suci untuk agama Katolik) yang menggantikan seorang dewa yang bernama Lupercus sebagai dewa kesuburan, padang rumput dan hewan ternak serta penyayang. Penyembahan dewa Lupercus sudah menjadi bagian tradisi upacara keagamaan Romawi pada masa itu. Yang paling aneh dari tradisi upacara keagamaan itu diselingi penarikan undian dalam rangka mencari pasangan yang namanya sudah tertulis dalam sebuah kotak undian. Setelah penarikan undian, maka mereka bebas untuk melakukan hubungan seksual dalam waktu yang sudah ditentukan. Setelah mereka bosan dan sudah terpenuhi kebutuhan nafsu syahwatnya. Mereka pun kembali menarik undian untuk mencari pasangan yang baru lagi, yang kemudian diperlakukan dengan perbuatan yang sama bejatnya. Begitulah tradisi keagamaan ini berlangsung selama berabad-abad. Setelah Dewa Lupercus meninggal, maka Santo Valentin lah yang menggantikannya sebagai dewa kasih sayang. Tetapi, suatu ketika kekaisaran Romawi memerlukan sejumlah besar tentara yang dipersiapkan untuk berperang. Oleh karena itu, Kaisan memerintahkan untuk tidak melakukan perkawinan, karena menurut Kaisar dengan melakukan perkawinan para tentara perang dikhawatirkan akan mudah lemah dan tidak bersemangat. Namun, apa yang terjadi! Ternyata Santo Valentin merestui perkawinan terselubung seorang muda-mudi yang telah saling mengikat hubungan cinta. Akan tetapi, restu Santo Valentin dari praktek perkawinan terselubung ini, ternyata diketahui oleh Kaisar. Akibat dari tindakan Santo ini, akhirnya Kaisar menghukum mati Santo Valentin dengan memancung atau memenggal kepalanya di Roma pada tahun 270 M dan mayatnya dikuburkan di tepi jalan Flamenia. Baru pada masa Kaisar Constantin (280-337) upacara tersebut kembali didesain dan dimodifikasi dengan penambahan pesan-pesan cinta yang disampaikan oleh para gadis, diletakkan dalam jambangan kemudian diambil para pemudanya. Kemudian mereka berpasangan dan berdansa yang diakhiri dengan tidur bersama alias zina. Oleh Paus Galasium I seorang pimpinan dewan gereja, pada tahun 494 M mengubah upacara tersebut dengan bentuk rutinitas seremoni porofikasi (pembersihan dosa) dan juga mengubah upacara Lupercalia yang biasanya tanggal 15 Februari menjadi 14 Februari yang secara resmi ditetapkan pada tahun 496 M sebagai Valentin day.

Hari Valentine Dalam Pandangan Islam 
Setidaknya ada dua dasar pikiran atau pijakan kita dalam melihat dan menentukan, apakah Valentine day dapat diterima dalam ajaran dan tradisi Islam. Dasar pikiran yang pertama, dengan melihat dari segi akar sejarahnya. Dari uraian diatas, jelas bahwa Valentine day bukanlah warisan ajaran peninggalan sejarah para Nabi dan Rasul, melainkan ajaran sejarah Dewa Luparcelia, yang kemudian diteruskan oleh Uskup Santo Valentine salah seorang rahib dalam tradisi agama Katolik pada saat itu. Sementara dalam perspektif ajaran Islam atau agama-agama hanif (mulai dari Adam sampai dengan Muhammad SAW), bahwa sesuatu pesan baru dianggap sebagai bagian dari ajaran agama ketika pesan ajaran itu disampaikan oleh para Rasul yang kemudian diabadikan oleh wahyu Tuhan. Di luar dari ketentuan diatas, maka sesuatu perbuatan (apalagi menjadi sebuah momen perayaan) tersebut dianggap menyesatkan dan bisa jatuh kepada hukum syirik.


Dalam hadis Rasul ditegaskan, "Siapa yang menyerupai sesuatu perbuatan kaum, maka ia bagian dari kaum itu". (HR. Bukhori Muslim) hadis ini merupakan, salah satu pernyataan Rasulullah SAW, yang sangat populer dan sering kita dengarkan yang menuntut kehati-hatian kita dalam melaksanakan suatu sistem ajaran, karena kita akan menjadi bagian dari golongan tersebut. Firman Allah: "Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya". (QS. Al Isra': 36). Yang kedua, sistem tata nilai yang terkandung dalam Valentine day jelas sangat bertentangan dengan sistem tata nilai dalam ajaran Islam. Dalam Islam, tidak ditemukan atau diperbolehkan bahkan sangat dilarang keras untuk membangun sebuah pola pergaulan antara pria dan wanita secara bebas. Karena perbuatan yang demikian telah msuk kedalam kategori zina, yang dalam Islam sangat disuruh menjauhinya. Firman Allah: "Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan seburuk-buruk jalan". (QS. Al Isra': 32). Bahkan seorang lelaki dan wanita yang berkhalawat (berdua-duaan) saja, disuruh untuk menjauhinya, karena syetan laknatullah alaih akan menjadi pihak ketiga dari mereka. Keadaan yang demikian akan menjadi peluang bagi mereka untuk melakukan perbuatan keji (zina). Sangat tidak bisa diterima akal, jika Valentine day diabadikan sebagai simbolisasi keagungan sebuah cinta, namun dalam realitasnya mereka justru mengangkangi dan menodai makna kesucian cinta. Coba kita bayangkan, dihari itu para pemuda-pemuda larut dalam hura-hura, pergi ketempat-tempat hiburan, saling bermesraan bahkan tak jarang diantara mereka terjerumus untuk melakukan hubungan seksual secara bebas, tanpa adanya sebuah ikatan yang syah menurut ajaran agama. Dengan mengatas namakan cinta, banyak kemudian para kawula muda justru tidak lagi memiliki masa depan yang ceria dalam kehidupannya. Karena tidak jarang diantara mereka menjadi korban cinta, ditinggalkan oleh mantan kekasihnya, akibat pergaulan bebas yang kadung sudah terlakukan. Dari dua dasar pikiran diatas, maka jelaslah merayakan Valentine day dalam kaca mata Islam adalah haram. Dengan demikian diharapkan kepada generasi muda Islam untuk tidak terlibat dalam acara atau kegiatan yang menyesatkan ini. Islam yang sangat kaya akan konsepsi-aplikatif, sangat banyak memberikan aturan-aturan tentang prilaku kehidupan yang bertujuan dalam menempatkan manusia, pada tempat-tempat yang sebaik-baiknya dan semulia-mulianya. Islam sebagai rahmatan lil alamin sudah dijamin oleh Sang Pemilik Alam ini, akan konsepsi ajarannya sebagai ajaran yang mengandung nilai-nilai kebaikan dan kemaslahatan hidup kita di dunia dan akhirat. Konsep kasih sayang misalnya, Islam sangat begitu jelas, elegan, humanis, egalitarian, indah dan menyejukkan. Lima belas abad yang lalu Rasulullah SAW, telah menyatakan bahwa: "Tidak beriman seseorang itu, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri" (HR Bukhori Muslim. Budaya barat tidak sedikitpun lebih aplikabel dari sistem ajaran Islam. Valentine day tidak akan dapat menandingi konsep kasih sayang dan pemaknaan cinta dari pada Islam, karena Islam menempatkan rasa kasih sayang dan cinta tidak hanya berdimensi kemanusiaan yang bersifat temporal-temporal, melainkan didorong atas dimensi ilhiah yang bersifat universal-universal.

Sebagai generasi muda Islam yang baik, tidak seharusnya kita terjebak dengan budaya-budaya barat yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam yang luhur. Valentine day merupakan salah satu bentuk budaya asing, yang asal-usulnya tidak memiliki hubungan dengan akar sejarah para Rasul-rasul dan sistem ajaran agama-agama hanif (Islam). Jika demikian halnya, sudah sepantasnya kita, tidak ikut-ikutan apalagi sampai berlarut untuk turut merayakannya.
Semoga kita menjadi generasi muda yang tetap istiqomah dalam menyebarkan kebaikan., Aamiin...Ya Allah

Senin, 08 Februari 2016

Mengapa Doa Kita Belum Terkabul?

“Aku tidak takut doaku ditolak tapi aku lebih takutkan aku tidak diberi hidayah untuk terus berdoa”. (Umar Al Khattab)

Ada seorang hamba ALLAH, beliau rajin sholat malam dan bermunajat, berkhalwat dengan AL-KHOLIQ. Setiap malam dari kedua matanya yang memerah karena menangis, mengalir air yang membasahi janggutnya, beliau berbisik-bisik lirih memohon beberapa permintaan dan pengharapan. Dari waktu ke waktu, tahun ke tahun, hingga putih rambutnya tak kunjung jua permintaan beliau dikabulkan oleh ALLAH. Permintaannya (diantaranya) adalah agar segera diangkat kemiskinan yang menjadi selimut kehidupannya selama ini. Keluarganya sering sakit-sakitan, setiap hari ia keluar untuk berusaha memperoleh rizki ALLAH, tapi tidak tampak dilapangkan rizqi itu untuknya. Padahal dahulu, KETIKA IA MASIH BEKERJA MENJADI PETUGAS BEA CUKAI, UANG DAN KESENANGAN ADALAH SAHABAT KARIBNYA. Hingga suatu saat ia mendengarkan ceramah yang menjelaskan bahwa penyelewengan yang sering ia lakukan selama ini adalah Haram dan tidak membawa keberkahan. Kelak penyelewengan ini akan berhadapan dengan hukum ALLAH yang tidak bisa dibantah lagi di akhirat nanti, Na’udzubillahu min dzaalik... Bergetarlah hatinya, sebagai bukti masuklah hidayah ALLAH atasnya. Sejak itu tidak pernah lagi ia melakukan perbuatan penyelewengan tersebut, semakin rajin ia melakukan sholatul Lail, mengadukan nasibnya hanya kepada ALLAH, agar diberikan harta yang halal dan rizqi yang lapang dalam menghidupi keluarganya. Namun berangsur-angsur seakan terkena adzab (karena meninggalkan perbuatan haram itu), PENGHASILANNYA SEMAKIN MENURUN, BELIAU SEKELUARGA SERING SAKIT, DAN MENJADIKAN BADANNYA YANG SEHAT MENJADI KURUS, ANAK SATU-SATUNYA MENINGGAL SETELAH MENJALANI PERAWATAN SELAMA BEBERAPA MINGGU DIRUMAH SAKIT. Sampai saat itu ia masih bersabar, tak pernah terucap dari mulutnya kata-kata keluhan dan makian atas apa yang menimpa hidupnya. Malahan menjadikan nya semakin sering dan khusyu’ mendekatkan diri kepada ALLAH. Dan malang yang tidak kunjung padam terhadapnya, korupsi yang dahulu ia lakukan bertahun silam terungkap, maka ia dan beberapa orang rekannya terkena pemecatan dengan tidak hormat. Subhanallah, semakin berat rasanya hidup ini baginya. Tambah satu kalimat panjang di malam harinya ia mengadu kehadapan Rabbnya, menangis dan perih rasa batinnya. Setiap dalam sedihnya ia berdoa, selalu ada bisikan lirih di hatinya, "Apa yang engkau harapkan itu dekat sekali, bila engkau bertaqwa !". Setiap mendengar bisikan itu, timbul semangatnya. Kini setelah ia dipecat, ia berdagang. Baginya dagang yang tidak pernah untung, hutang yang semakin bertumpuk, musibah yang seakan tidak berujung _.. ahhhhh. Setelah puluhan tahun kedepan sejak ia dekat dengan ALLAH setiap malamnya, tidak juga merobah hidupnya. Sejak puluhan tahun ia mendengar bisikan diatas, tidak juga tampak yang dijanjikan-NYA. Mulailah timbul pemikiran yang tidak baik dari syaithan. Hingga beliau berkesimpulan, tampaknya ALLAH tidak ridho terhadap doanya selama ini. Maka pada malam harinya, ia berdoa kepada ALLAH: "YA ALLAH, YANG MENCIPTAKAN MALAM DAN SIANG, YANG DENGAN MUDAH MENCIPTAKAN DIRIMU YANG SEMPURNA INI. KARENA ENGKAU TIDAK MENGABULKAN PERMINTAANKU HINGGA SAAT INI, MULAI BESOK AKU TIDAK AKAN MEMINTA DAN SHOLAT LAGI KEPADAMU, AKU AKAN LEBIH RAJIN BERUSAHA, AGAR TIDAK HARUS BERALASAN BAHWA SEMUA TERGANTUNG DARIMU. MAAFKAN AKU SELAMA INI, AMPUNI AKU SELAMA INI MENGANGGAP BAHWA DIRIKU SUDAH DEKAT DENGANMU !" Beliau tutup doa dengan perasaan berat yang semakin dalam dari awal ia berniat seperti itu ('mengkhatamkan' ibadah sholat lailnya). Beliau berbaring dengan pemikiran menerawang hingga ia tak mengetahui kapan ia tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi, mimpi yang membuatnya semakin merasa bersalah. Seakan ia melihat suatu Padang luas bermandikan cahaya yang menakjubkan, dan puluhan ribu, atau mungkin jutaan makhluq cahaya duduk diatas betisnya sendiri dengan kepala tertunduk takut. Ketika beliau mencoba mengangkat wajahnya untuk melihat kepada siapa mereka bersimpuh, tidak mampu... kepalanya dan matanya tidak mampu memandang dengan menengadah. Beliau hanya dapat melihat para makhluq yang duduk dihadapan Sesuatu Yang Dahsyat. Terdengar olehnya suara pertanyaan, "BAGAIMANA HAMBAKU SI FULAN, HAI MALAIKATKU ?" nama yang tidak dikenalnya. Seorang berdiri dengan tubuh gemetar karena takut, dan bersuara dengan lirih, "Subhanaka yaa Maalikul Quddus, Engkau lebih tahu keadaan hamba-MU itu. Dia mengatakan demikian : "Wahai ALLAH yang menciptakan malam dan siang, yang dengan mudah menciptakan dirimu yang sempurna ini. Karena ENGKAU tidak mengabulkan permintaanku hingga saat ini, mulai besok aku tidak akan meminta dan sholat lagi kepada-MU, aku akan lebih rajin berusaha agar tidak terus beralasan bahwa semua tergantung dari-MU. Maafkan aku selama ini, ampuni aku selama ini menganggap bahwa diriku sudah dekat dengan-MU ! "Ampuni dia yaa Al 'Aziiz, yaa Al Ghofuurur Rohiim!" Tersentak beliau, itu..._u kata-kataku semalam_ ...celaka ! pikirnya. Kemudian terdengar suara lagi : "Sayang sekali, padahal AKU sangat menyukainya, sangat mencintainya, dan AKU paling suka melihat wajahnya yang terpendam menangis, bersimpuh dengan menengadahkan tangannya yang gemetar kepada-KU, dengan bisikan-bisikan permohonannya kepada-KU, dengan pemintaan-permintaannya kepada-KU, sehingga tak ingin cepat-cepat KU-kabulkan apa yang hendak AKU berikan kepadanya agar lebih lama dan sering AKU memandang wajahnya, AKU percepat cinta-KU padanya dengan AKU bersihkan ia dari daging-daging haram badannya dengan sakit yang ringan. AKU sangat menyukai keikhlasan hatinya disaat AKU ambil putranya, disaat KU-beri ia cobaan tak pernah KU dengar keluhan kesal dan menyesal di mulutnya. AKU rindu kepadanya... rindukah ia kepada-KU, hai malaikat-malaikat-KU ?" Suasana hening, tak ada jawaban. Menyesallah beliau atas pernyataannya semalam, ingin ia berteriak untuk menjawab dan minta ampun tapi suara tak terdengar, bising dalam hatinya karenanya. "Ini aku Yaa Robbi, ini aku. Ampuni aku yaa Robbi, maafkan kata-kataku !" semakin takut rasanya ketika tidak tampak mereka mendengar, mengalirlah air matanya terasa hangat di pipinya. Astaghfirullah !! Terbangun ia, mimpii... Segeralah ia berwudhu, dan kembali bersujud dengan bertambah khusyu', kembali ia sholat dengan bertambah panjang dari biasanya, kembali ia bermunajat dan berbisik-bisik dengan Al-Kholiq dan berjanji tak akan lagi ia ulangi sikapnya malam tadi selama-lamanya. "...Yaa ALLAH, Yaa Robbi jangan engkau ungkit-ungkit kebodohanku yang lalu, ini aku hamba-MU yang tidak pintar berkata manis, datang dengan berlumuran dosa dan segunung masalah dan harapan, apapun dari-MU asal ENGKAU tidak membenciku aku rela...Yaa ALLAH, aku rindu pada-MU..."

Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ... Semoga kisah ini dapat meningkatkan Iman dan taqwa kita kepada Allah SWT.. Aamiin.


“Jangan jadikan DOA seperti obat yang diambil ketika sakit saja, tapi jadikan DOA seperti air yang dibutuhkan setiap hari”