Untuk tulisan yang
selanjutnya, saya ingin menulis sebuah realita yang terjadi dikehidupan ini
banyak sekali yang kejadian-kejadian yang membuat kita miris mendengar dan
melihatnya, seperti terjadi pembunuhan, korupsi, pembegalan, bunuh diri, dan
teroris seperti akhir-akhir ini yang sedang seluruh tv swasta tayangkan.
Saya pernah membaca artikel
bahwa menurut WHO,
setiap detik sekitar 40 orang melakukan bunuh diri di seluruh dunia. Tekanan
karir dan pendidikan menjadi alasan terbesar di negara industri. Adapun di
negara berkembang, kemiskinan yang menjadi faktor utama. Bisa kita bayangkan berapa
orang yang bunuh diri dalam waktu satu jam? Atau satu hari? Atau satu minggu? Mungkin
ada jutaan nyawa yang melayang. Seperti yang WHO catat bahwa kemiskinan menjadi
salah satu penyebab angka bunuh diri sangat tinggi. Ya, Kemiskinan.
Tadi malam saya tidur sangat larut, jadi agak
susah bangun pagi-pagi. Kepala terasa berat, mata mengantuk. Setelah sholat
subuh, ingin rasanya menjatuhkan diri ke kasur lagi. Zzz...zzz...tidur nyenyak
sampai dzuhur nanti. Ah, nikmatnyaa! Tetapi tentu tidak bisa. Dan tidak boleh.
Ada banyak hal harus dilakukan untuk memperbanyak amal soleh, dan tidur hanya
akan menghilangkan kesempatan baik itu. Saya harus bangun! Bangun! Bangun!
Jemput kesempatan dan rezeki yang Allah siap tebarkan hari ini!
Hmm...Seperti sulitnya membuka mata di pagi
hari, begitu juga memulai sesuatu yang baru. Anda yang pernah merasakan pailit,
atau mengalami fase hidup dimana anda menjerit dalam hati, “Saya sudah
bangkrut!”, tentu tahu persis perasaan itu. Perasaan seseorang yang sedang
berjalan cepat, namun tiba-tiba terperosok ke dalam lubang besar. Dengan susah
payah, kaki dan tangan berkutat mencari pijakan dan pegangan. Hup! Akhirnya
bisa juga keluar dari lubang itu. Namun sebelum melanjutkan langkah, bernafas
panjang dulu. Membuat ancang-ancang agar kali ini tak akan tergelincir ke lubang
yang sama di jalan berikutnya.
Setiap orang bisa bangkrut atau miskin. Pengusaha bisa
down bisnisnya. Pegawai bisa mundur karirnya. Pejabat bisa turun posisinya.
Orang yang banyak uang pun, pada akhirnya masuk penjara. (kalau korupsi!)
Bahkan orang yang paling makmur di dunia
sekalipun, kalau Allah mau, kasih saja si jago merah, atau satu penyakit
langka, harta yang demikian menggunung pun bisa habis dalam sekelebat mata.
Harta hanya titipan, itu hak Allah untuk mengambilnya kapan saja. Mengapa kita
harus bangga dengan sebuah titipan, dan mengapa harus sedih bila diambil
kembali oleh sang Pemiliknya?
Saya memberikan Contoh orang yang berbisnis, saya memang
bukan orang yang ahli dalam bisnis tapi saya pernah menyaksikan banyak
bisnismen yang telah sukses tetapi dengan seketika bangkrut dan miskin,
kejadian ini dulu pernah keluarga saya alami sendiri, jadi saya mengambil sudut
pandang dari sini. Memang
tidak mudah membangun sesuatu. Bisnis, misalnya. Seluruh waktu, tenaga, dan
pikiran kita sudah terinvestasikan. Ketika mendadak pailit, rasanya
bertahun-tahun perjuangan seakan sia-sia. Itu kalau kita berorientasi hasil.
Sesungguhnya, sukses itu bukan hasil. Tapi cara kita mendapatkannya, apakah
sudah di jalur yang benar, baik niat maupun langkah. Bila bangkrut atau miskin harta tentu akan
terasa bagai kiamat bagi kita
“Yah, habis deh semuanya! Matilah aku!”
“Nggak ada yang tersisa? Dasar sial!”
“Aku sudah tak punya apa-apa lagi sekarang!
Gimana dong?!”
Kita sibuk menangis, menyesali diri,
berandai-andai. Bahkan ada yang tenggelam dalam kesedihan berlama-lama saat
menghadapi kejatuhan. Untuk bangkit berdiri lagi, rasanya butuh sengatan
listrik sejuta volt. Suliiiit sekali! Memulai dari nol, atau bahkan dari minus,
seakan bangun di pagi hari dalam keadaan letih dan mengantuk! Rasanya lebih
baik tidur saja, nggak bangun-bangun sekalian. Itu jalan teraman. Tetapi, di
depan sana begitu banyak kewajiban sudah menunggu. Dan bangkit adalah
satu-satunya pilihan, meski jauh lebih mudah diucapkan daripada dilakukan!
Teman-teman. Bila kita sedang down,
merasa jatuh tertimpa tangga pula, saya pun pernah merasakannya
sekarang. Tetapi ini bukan kiamat sugra, apalagi kiamat kubra. Ini hanya bagian
kecil, yang hampir tak berarti, dari sebuah perjalanan kehidupan. Hidup hanya
sekali, rugi bila kita habiskan waktu untuk menangis. Toh setiap orang bisa
mengalaminya. Bahkan Donald Trump sekalipun, salah satu raja properti dunia,
pernah bangkrut sampai empat kali (itu yang besar, belum kegagalan yang
kecil-kecil). Dia bilang, “Saking banyaknya utang akibat bisnis hancur, saya
pernah hidup lebih miskin dari pengemis!”
Robert Kiyosaki, yang pernah mengenalkan
penduduk dunia lain pada pentingnya berbisnis, juga pernah hidup bagaikan
pengemis. Ia kehilangan semua hartanya, termasuk rumah, hingga hidup di
jalanan. Mandi pun terpaksa di toilet-toilet umum yang gratisan.
Tanpa disadari, sebetulnya tak ada orang yang
benar-benar bangkrut meski kita menganggapnya begitu. Oke, binis kita hancur,
usaha kita gagal. Banyak hutang akibat modal yang tak terkembalikan. Tetapi
kita masih bisa bernapas, kan? Itulah rahmat Allah SWT. Bahkan jikapun kita
bukan orang beriman, Allah tak akan berhenti memberikan karunia-Nya. Kita nggak
perlu sampai mengemis di jalan, tidur beratap langit beralas koran. Kita masih
bisa makan, masih punya tempat tinggal, dan yang terpenting masih punya
harapan. Karena kita percaya: “Kehilangan uang itu kehilangan yang banyak.
Kehilangan teman, kehilangan lebih banyak. Kehilangan semangat, barulah
kehilangan segala-galanya!”
Di usia 40, binis suku cadang pailit, terpaksa
Honda pinjam uang dari ayahnya hasil menjual sawah. Sekarang kita tahu berapa
juta kendaraan bermerk Honda merajai jalanan!
Di usia 70, Sanders sudah pensiun dari jabatan
kolonelnya, menjajakan resep ayam goreng dan ditolak oleh 99 restoran. Sekarang
kita tahu berapa ribu outlet KFC berdiri di tiap sudut kota!
Di usia 50, bisnisnya bangkrut semua dan
dijebloskan ke penjara akibat hutang tak terbayar. Di penjara dia melukis, lalu
jadi pelukis terkenal di dunia (saya lupa namanya, saya baca kisahnya dalam sebuah
TOEFL reading test).
Dan tentu daftarnya masih panjang....Yuk
sama-sama cari di Google, biografi orang-orang sukses yang di dalamnya bisa
dipastikan ada kisah tentang saat-saat jatuh (downfall). Pesannya pastilah
sederhana, “Tak masalah anda jatuh, bahkan sampai benar-benar terpuruk
sekalipun, yang terpenting anda cepat bangun!” Allah SWT menilai kita bukan
dari hasil. Tetapi dari usaha. Seberapa keras, seberapa ikhlas.
Mungkin kita sedih bukan karena kehilangan
harta yang sudah susah payah dicari, tetapi karena takut akan banyak hal. Takut
tidak membahagiakan anak istri, takut tidak dihormati lagi, takut orang-orang
berhenti mencintai. Semua rasa takut itu berasal dari prasangka. Padahal
sebagai muslim, kita sudah di-warning untuk tidak mengikuti prasangka, sebab
sebagiannya adalah dosa. Dosa karena mengukir dendam dan mengikis rasa syukur.
Kita bisa saja kehilangan semua harta,
pencapaian, gelar, jabatan. Namun sesungguhnya, kita belum bisa dikatakan
bangkrut jika belum kehilangan satu hal. Yaitu semangat! Semangat untuk
bangkit. Bangkit dan mengejar sukses. Sukses bukan dalam arti menumpuk harta,
tapi menimbun amal soleh.
Ya! Orang yang bangkrut, bukan dia yang
kehilangan materi. Tetapi dia yang kehilangan semangat untuk berbuat baik di
muka bumi. Seperti cerita yang diambil dari hadits berikut ini:
Suatu ketika Rasulullah SAW bertanya kepada
sahabat-sahabatnya, “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?” Para sahabat
menjawab, “Bangkrut adalah orang yang kehilangan harta dan seluruh miliknya.”
“Bukan,” kata Rasulullah. “Orang yang bangkrut ialah orang yang datang pada
hari kiamat dengan membawa pahala dari puasa, zakat dan haji, tetapi ketika
pahala-pahala itu ditimbang, datanglah orang mengadu, “Ya Allah dahulu orang
ini pernah menuduhku berbuat sesuatu padahal aku tidak pernah melakukannya”.
Allah pun menyuruhnya membayar orang yang mengadu tersebut dengan amal
salehnya. Kemudian datang lagi orang lain mengadu, “Ya Allah hakku pernah
diambil dengan sewenang-wenang.” Allah menyuruh dia membayar lagi orang yang
mengadu itu. Setelah itu datang lagi orang-orang yang mengadu, sampai seluruh
pahala sholat, haji dan puasanya habis dipakai untuk membayar orang yang haknya
pernah dirampas, yang hatinya pernah disakiti, yang nama baiknya pernah dicemar
tanpa alasan yang jelas. Semua amal sholehnya dia bayarkan sampai tidak ada
lagi pahala yang tersisa. Tetapi orang yang mengadu ternyata masih datang juga.
Maka Allah memutuskan agar kejahatan orang yang mengadu dipindahkan kepadanya.
“Itulah orang yang bangkrut di hari kiamat,” kata Rasulullah. “Yaitu orang yang rajin beribadah tetapi
tidak memiliki akhlak yang baik. Dia merampas hak orang lain dan menyakiti hati
mereka.”
Jadi Sahabat, miskin harta bukan
akhir segalanya. Melainkan saat yang tepat untuk merenung dan membuat
ancang-ancang. “Oke, sekarang saya sudah tak punya uang untuk sedekah, apa yang
saya bisa lakukan untuk menambah amal baik?” “Oke, apa yang akan saya lakukan
setelah ini?” “Apa rencana saya untuk memulai?”
Kita akan tahu, betapa banyak jalan keluar.
Betapa besar pertolongan Allah swt ketika tak ada hal lain yang bisa dijadikan
sandaran.
Dengan doa dan semangat, harta bisa kembali
dicari. Yuk, katakan YA pada kemiskinan harta, katakan TIDAK pada kemiskinan hati! Insha Allah, kita akan jadi orang
kaya sejati!
Terima kasih.... semoga
bermanfaat bagi kita semua...Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar