Kamis, 21 Januari 2016

Jangan Pernah Sampai Kehilangan Semangat


Kita Belum miskin, Selagi Belum Kehilangan Semangat!

Untuk tulisan yang selanjutnya, saya ingin menulis sebuah realita yang terjadi dikehidupan ini banyak sekali yang kejadian-kejadian yang membuat kita miris mendengar dan melihatnya, seperti terjadi pembunuhan, korupsi, pembegalan, bunuh diri, dan teroris seperti akhir-akhir ini yang sedang seluruh tv swasta tayangkan.
Saya pernah membaca artikel bahwa menurut WHO, setiap detik sekitar 40 orang melakukan bunuh diri di seluruh dunia. Tekanan karir dan pendidikan menjadi alasan terbesar di negara industri. Adapun di negara berkembang, kemiskinan yang menjadi faktor utama. Bisa kita bayangkan berapa orang yang bunuh diri dalam waktu satu jam? Atau satu hari? Atau satu minggu? Mungkin ada jutaan nyawa yang melayang. Seperti yang WHO catat bahwa kemiskinan menjadi salah satu penyebab angka bunuh diri sangat tinggi. Ya, Kemiskinan.

Tadi malam saya tidur sangat larut, jadi agak susah bangun pagi-pagi. Kepala terasa berat, mata mengantuk. Setelah sholat subuh, ingin rasanya menjatuhkan diri ke kasur lagi. Zzz...zzz...tidur nyenyak sampai dzuhur nanti. Ah, nikmatnyaa! Tetapi tentu tidak bisa. Dan tidak boleh. Ada banyak hal harus dilakukan untuk memperbanyak amal soleh, dan tidur hanya akan menghilangkan kesempatan baik itu. Saya harus bangun! Bangun! Bangun! Jemput kesempatan dan rezeki yang Allah siap tebarkan hari ini!
Hmm...Seperti sulitnya membuka mata di pagi hari, begitu juga memulai sesuatu yang baru. Anda yang pernah merasakan pailit, atau mengalami fase hidup dimana anda menjerit dalam hati, “Saya sudah bangkrut!”, tentu tahu persis perasaan itu. Perasaan seseorang yang sedang berjalan cepat, namun tiba-tiba terperosok ke dalam lubang besar. Dengan susah payah, kaki dan tangan berkutat mencari pijakan dan pegangan. Hup! Akhirnya bisa juga keluar dari lubang itu. Namun sebelum melanjutkan langkah, bernafas panjang dulu. Membuat ancang-ancang agar kali ini tak akan tergelincir ke lubang yang sama di jalan berikutnya.
Setiap orang bisa bangkrut atau miskin. Pengusaha bisa down bisnisnya. Pegawai bisa mundur karirnya. Pejabat bisa turun posisinya. Orang yang banyak uang pun, pada akhirnya masuk penjara. (kalau korupsi!)
Bahkan orang yang paling makmur di dunia sekalipun, kalau Allah mau, kasih saja si jago merah, atau satu penyakit langka, harta yang demikian menggunung pun bisa habis dalam sekelebat mata. Harta hanya titipan, itu hak Allah untuk mengambilnya kapan saja. Mengapa kita harus bangga dengan sebuah titipan, dan mengapa harus sedih bila diambil kembali oleh sang Pemiliknya?
Saya memberikan Contoh orang yang berbisnis, saya memang bukan orang yang ahli dalam bisnis tapi saya pernah menyaksikan banyak bisnismen yang telah sukses tetapi dengan seketika bangkrut dan miskin, kejadian ini dulu pernah keluarga saya alami sendiri, jadi saya mengambil sudut pandang dari sini. Memang tidak mudah membangun sesuatu. Bisnis, misalnya. Seluruh waktu, tenaga, dan pikiran kita sudah terinvestasikan. Ketika mendadak pailit, rasanya bertahun-tahun perjuangan seakan sia-sia. Itu kalau kita berorientasi hasil. Sesungguhnya, sukses itu bukan hasil. Tapi cara kita mendapatkannya, apakah sudah di jalur yang benar, baik niat maupun langkah. Bila bangkrut atau miskin harta tentu akan terasa bagai kiamat bagi kita
“Yah, habis deh semuanya! Matilah aku!”
“Nggak ada yang tersisa? Dasar sial!”
“Aku sudah tak punya apa-apa lagi sekarang! Gimana dong?!”
Kita sibuk menangis, menyesali diri, berandai-andai. Bahkan ada yang tenggelam dalam kesedihan berlama-lama saat menghadapi kejatuhan. Untuk bangkit berdiri lagi, rasanya butuh sengatan listrik sejuta volt. Suliiiit sekali! Memulai dari nol, atau bahkan dari minus, seakan bangun di pagi hari dalam keadaan letih dan mengantuk! Rasanya lebih baik tidur saja, nggak bangun-bangun sekalian. Itu jalan teraman. Tetapi, di depan sana begitu banyak kewajiban sudah menunggu. Dan bangkit adalah satu-satunya pilihan, meski jauh lebih mudah diucapkan daripada dilakukan!
Teman-teman. Bila kita sedang down, merasa jatuh tertimpa tangga pula, saya pun pernah merasakannya sekarang. Tetapi ini bukan kiamat sugra, apalagi kiamat kubra. Ini hanya bagian kecil, yang hampir tak berarti, dari sebuah perjalanan kehidupan. Hidup hanya sekali, rugi bila kita habiskan waktu untuk menangis. Toh setiap orang bisa mengalaminya. Bahkan Donald Trump sekalipun, salah satu raja properti dunia, pernah bangkrut sampai empat kali (itu yang besar, belum kegagalan yang kecil-kecil). Dia bilang, “Saking banyaknya utang akibat bisnis hancur, saya pernah hidup lebih miskin dari pengemis!”
Robert Kiyosaki, yang pernah mengenalkan penduduk dunia lain pada pentingnya berbisnis, juga pernah hidup bagaikan pengemis. Ia kehilangan semua hartanya, termasuk rumah, hingga hidup di jalanan. Mandi pun terpaksa di toilet-toilet umum yang gratisan.
Tanpa disadari, sebetulnya tak ada orang yang benar-benar bangkrut meski kita menganggapnya begitu. Oke, binis kita hancur, usaha kita gagal. Banyak hutang akibat modal yang tak terkembalikan. Tetapi kita masih bisa bernapas, kan? Itulah rahmat Allah SWT. Bahkan jikapun kita bukan orang beriman, Allah tak akan berhenti memberikan karunia-Nya. Kita nggak perlu sampai mengemis di jalan, tidur beratap langit beralas koran. Kita masih bisa makan, masih punya tempat tinggal, dan yang terpenting masih punya harapan. Karena kita percaya: “Kehilangan uang itu kehilangan yang banyak. Kehilangan teman, kehilangan lebih banyak. Kehilangan semangat, barulah kehilangan segala-galanya!”
Di usia 40, binis suku cadang pailit, terpaksa Honda pinjam uang dari ayahnya hasil menjual sawah. Sekarang kita tahu berapa juta kendaraan bermerk Honda merajai jalanan!
Di usia 70, Sanders sudah pensiun dari jabatan kolonelnya, menjajakan resep ayam goreng dan ditolak oleh 99 restoran. Sekarang kita tahu berapa ribu outlet KFC berdiri di tiap sudut kota!
Di usia 50, bisnisnya bangkrut semua dan dijebloskan ke penjara akibat hutang tak terbayar. Di penjara dia melukis, lalu jadi pelukis terkenal di dunia (saya lupa namanya, saya baca kisahnya dalam sebuah TOEFL reading test).
Dan tentu daftarnya masih panjang....Yuk sama-sama cari di Google, biografi orang-orang sukses yang di dalamnya bisa dipastikan ada kisah tentang saat-saat jatuh (downfall). Pesannya pastilah sederhana, “Tak masalah anda jatuh, bahkan sampai benar-benar terpuruk sekalipun, yang terpenting anda cepat bangun!” Allah SWT menilai kita bukan dari hasil. Tetapi dari usaha. Seberapa keras, seberapa ikhlas.
Mungkin kita sedih bukan karena kehilangan harta yang sudah susah payah dicari, tetapi karena takut akan banyak hal. Takut tidak membahagiakan anak istri, takut tidak dihormati lagi, takut orang-orang berhenti mencintai. Semua rasa takut itu berasal dari prasangka. Padahal sebagai muslim, kita sudah di-warning untuk tidak mengikuti prasangka, sebab sebagiannya adalah dosa. Dosa karena mengukir dendam dan mengikis rasa syukur.
Kita bisa saja kehilangan semua harta, pencapaian, gelar, jabatan. Namun sesungguhnya, kita belum bisa dikatakan bangkrut jika belum kehilangan satu hal. Yaitu semangat! Semangat untuk bangkit. Bangkit dan mengejar sukses. Sukses bukan dalam arti menumpuk harta, tapi menimbun amal soleh.
Ya! Orang yang bangkrut, bukan dia yang kehilangan materi. Tetapi dia yang kehilangan semangat untuk berbuat baik di muka bumi. Seperti cerita yang diambil dari hadits berikut ini:
Suatu ketika Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat-sahabatnya, “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?” Para sahabat menjawab, “Bangkrut adalah orang yang kehilangan harta dan seluruh miliknya.” “Bukan,” kata Rasulullah. “Orang yang bangkrut ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala dari puasa, zakat dan haji, tetapi ketika pahala-pahala itu ditimbang, datanglah orang mengadu, “Ya Allah dahulu orang ini pernah menuduhku berbuat sesuatu padahal aku tidak pernah melakukannya”. Allah pun menyuruhnya membayar orang yang mengadu tersebut dengan amal salehnya. Kemudian datang lagi orang lain mengadu, “Ya Allah hakku pernah diambil dengan sewenang-wenang.” Allah menyuruh dia membayar lagi orang yang mengadu itu. Setelah itu datang lagi orang-orang yang mengadu, sampai seluruh pahala sholat, haji dan puasanya habis dipakai untuk membayar orang yang haknya pernah dirampas, yang hatinya pernah disakiti, yang nama baiknya pernah dicemar tanpa alasan yang jelas. Semua amal sholehnya dia bayarkan sampai tidak ada lagi pahala yang tersisa. Tetapi orang yang mengadu ternyata masih datang juga. Maka Allah memutuskan agar kejahatan orang yang mengadu dipindahkan kepadanya. “Itulah orang yang bangkrut di hari kiamat,” kata Rasulullah. “Yaitu orang yang rajin beribadah tetapi tidak memiliki akhlak yang baik. Dia merampas hak orang lain dan menyakiti hati mereka.”
Jadi Sahabat, miskin harta bukan akhir segalanya. Melainkan saat yang tepat untuk merenung dan membuat ancang-ancang. “Oke, sekarang saya sudah tak punya uang untuk sedekah, apa yang saya bisa lakukan untuk menambah amal baik?” “Oke, apa yang akan saya lakukan setelah ini?” “Apa rencana saya untuk memulai?”
Kita akan tahu, betapa banyak jalan keluar. Betapa besar pertolongan Allah swt ketika tak ada hal lain yang bisa dijadikan sandaran.
Dengan doa dan semangat, harta bisa kembali dicari. Yuk, katakan YA pada kemiskinan harta, katakan TIDAK pada kemiskinan hati! Insha Allah, kita akan jadi orang kaya sejati!
Terima kasih.... semoga bermanfaat bagi kita semua...Aamiin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar